
Di blitar ini banyak sekali pedagang telur, kalau mau di hitung mungkin dalam satu kampung bisa 10 orang lebih. Karena ketatnya persaingan ini, kadang saya sangat kasihan sekali dengan margin keuntungan mereka, kadang hanya 5 rupiah saja per butirnya. Itupun telurnya masih diseleksi dengan ketat. Jadi kalo banyak sotiranya bisa gak untung malah rugi.
Suatu hari mas budi ini ngeluh ke saya kalo pelangganya di isi pedagang lain dengan harga yang lebih rendah, mungkin demi mendapatkan pelanggan, pesaingnya ini jual dengan tidak mengambil keuntungan sama sekali dan hanya berharap nanti kalo sudah jadi pelanggan rutin baru mengambil keuntungan. ya... begitu itu wis... ceritanya bakul endog sejak dulu waktu jaman jepang. Makanya itu saya lebih senang jadi peternak saja daripada jadi pedagang atau poultryshop (PS) yang jualan telur. Ya kalau harga telur mahal kita syukuri, sudah diberi kemudahan dan kemurahan rejeki, sedangkan waktu harga murah seperti ini ya... alhamdulillah kita di ingatkan bahwasanya roda kehidupan itu tidak selalu berada di atas. Pokoknya kita syukuri yang ada, kayak lagunya D'Masiv itu lho... kebetulan aja lagu itu kesukaan anak saya jadi tiap hari dengar sampek hafal sendiri.


Ada juga pelanggan sms info yang saya referensikan ke mas budi ini tanya, kok nggak jualan sendiri saja mas? kan lumayan bisa nambah penghasilan. Wah, ya lucu sekali to... masak saya sebagai penyedia layanan informasi harga telur kok jualan telur. Lha informasi yang saya berikan gimana bisa akurat lagi, misalnya waktunya saya mengambil telur dari peternak, saya informasikan harga yang rendah biar dapat harga yang murah dan menginformasikan harga yang tinggi pada saat saya menjual telurnya. Karena banyak sekali member sms info yang peternak dari blitar dan pedagang telur arab dari luar kota. Jadi biar saja lah saya menjadi media informasi harga telur yang independen dan terpercaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar