Bagi pedagang atau peternak fluktuasi harga telur yang tinggi jika kita cermati sebetulnya justru sangat menarik. Bagaimanapun juga keuntungan yang tak terduga itu bisa kita dapatkan justru dari adanya pergerakkan harga. Semakin tinggi rentang fluktuasi harga yang terjadi, semakin tinggi pula kemungkinan keuntungan yang bisa kita peroleh. Demikian juga bagi peternak, dengan adanya fluktuasi yang sering kali tiba-tiba atau mendadak, hal tersebut sebenarnya justru akan menjadi sebuah harapan yang membuat bekerja menjadi lebih bersemangat. Coba bayangkan saja, jika harga itu stabiiiiilll terusssss. Pasti justru akan terjadi kebosanan atau justru malah akan terjadi over produksi karena semua mempunyai perhitungan yang sama. Jadi justru masalah fluktuasi harga itu merupakan seni dalam berternak maupun berdagang, dan fluktuasi harga jugalah yang menjadi faktor seleksi alam dalam dunia peternakan ayam petelur. Bagaimanapun juga survivor (kesuksesan) akan datang setelah adanya seleksi alam.
Jika kita mencermati dari perkembangan harga yang terjadi, harga yang naik dengan cepat hampir bisa dipastikan juga akan turun dengan cepat pula. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Terkadang kenaikan harga yang signifikan itu tidak disebabkan oleh murni dari permintaan pasar. Tetapi dari kepanikan para pedagangnya saja yang mungkin dikarenakan oleh faktor-faktor sesaat seperti masalah transportasi, isu, bencana dan lain-lain. Jadi pada saat terjadi hal-hal seperti di atas, banyak para pedagang atau pengepul yang berusaha memasukkan stok sebanyak-banyaknya karena kuatir akan kesulitan mendapatkan barang. Meskipun sebenarnya daya beli masyarakat belum meningkat para pedagang sudah berspekulasi menahan barang atau me-nytok barangnya.
Dari pengalaman yang sering terjadi, misalkan hari ini telur naik dengan margin yang cukup besar dan hari keduanya masih naik lagi, biasanya hari ketiga juga akan naik lagi dan mengalami puncaknya pada hari ke empat atau ke lima. Jika pada hari keenam harga masih bisa bertahan, kemungkinan harga ini juga masih bisa sedikit bertahan, tetapi jika pada hari ke lima atau ke enam harga telur sudah turun dengan drastis atau lebih dari 300 rupiah dalam 1 hari. Hampir bisa dipastikan harga telur akan kembali turun kembali pada kisaran harga sebelum terjadi kenaikan.
Mungkin bisa saya jelaskan kronologisnya seperti ini, pada saat hari pertama terjadi kenaikan yang cukup besar, pedagang pasti akan berusaha untuk menambah stoknya dan peternak akan minta naik harganya. Jika pada hari kedua ternyata harga naik lagi, maka para pedagang akan semakin berani lagi penawarannya. Demikan seterusnya sampai hari ke empat atau ke lima. Tetapi setelah hari ke enam ternyata daya beli konsumen tidak juga naik, bisa di pastikan yang terjadi adalah adu cepat menurunkan harga. Karena stok dipedagang masih banyak dan telur di peternak juga mulai menumpuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar