Kapasitas peternakan di Indonesia tidak banyak berubah, dengan kapasitas total sama dibanding tahun-tahun lalu. Adapun perbandingan antara peternakan yang baru dengan peternakan yang berhenti lebih banyak yang berhenti. Demikian Drh Arief Hidayat Technical Department PT Mensana Aneka Satwa.
Menurut Drh Arief, peternak yang bertahan, jumlah populasi ternaknya sudah di atas 50.000 ekor. Hal-hal yang menjadi kebutuhan utama peternakan berupa bibit, kandang dan tanah. Untuk memenuhi kebutuhan ini, guna peternakan ayam petelur cukup mahal, apalagi peternakan pembibitan. Yang paling rendah permodalannya adalah peternakan broiler.
“Itupun, orang berpikir lebih suka membeli bekas peternakan yang tidak terpakai lagi, sebagai tangan kedua. Malah, kalau bisa jangan membeli, namun lebih baik menyewa. Yang dari awal investasi, jarang, karena banyak terhambat resesi global. Yang penting bagi mereka, harga produk terjangkau,” papar Arief Hidayat.
Dokter hewan yang banyak berpengalaman di bidang perbibitan selama 13 tahun dan di PT Primatama Karya Persada selama 7 tahun ini mengatakan cara mempertahankan eksistensi peternakan ini adalah menjaga aset-aset peternakan supaya jangan sampai hilang. Yang paling banyak pasang surut adalah usaha peternakan ayam pedaging (broiler). Para pelaku bisnis peternakan broiler rata-rata dengan menyewa kandang, bukan sebagai pemilik kandang.
Pelayanan ke Peternakan
Dalam melayani peternak, yang dilakukan Tim PT Mensana Aneka Satwa, menurut Drh Arief antara lain kunjungan rutin dan pelatihan-pelatihan, diberlangsungkannya bulan promosi, dan lebih menekankan pada unsur pendidikan dan lebih percaya kepada diri sendiri. Sebagai contoh, kata Drh Arief, tanpa menyebut nama produk obat, peternak tetap dididik dan mengerti obat yang dimaksud.
Menurut Technical Service PT Medion pada 1982-1983 ini, ia merasakan pendidikan untuk disiplin bekerja di perusahaan ini dan kini ia terapkan di perusahaan yang sekarang.
Di era kemitraan ini, pemimpin di PT Mensana Aneka Satwa yang jumlah cabangnya di Indonesia mencapai jumlah 25 cabang mengatakan memang banyak perusahaan obat hewan yang mengalami cukup hambatan untuk masuk ke peternakan yang bukan satu grup kemitraan. Namun baginya, hal ini tidak menjadi hambatan.
Sebagai contoh, sebagai mantan karyawan PT Japfa Comfeed, Drh Arief Hidayat terhitung familiar dengan para peternak yang mnenjadi anggota kemitraan perusahaan nasional ini. Malah peternak pun berkata, “Coba dari dulu ke sini,” mengungkapkan penerimaan terhadap kehadirannya sekarang dalam hal teknis kesehatan hewan PT Mensana Aneka Satwa.
Sementara ihwal campur tangan dinas peternakan, sejauh ini Drh Arief merasakannya: tidak ada. Adapun banyak peternak yang merahasiakan akses peternakannya. Dokter hewan yang masuk FKH IPB pada 1978 ini mengatakan kelemahan-kelemahan peternakan ayam pedaging adalah masalah manajemen atau pengelolaan.
Tidak Ada Ceritanya Peternak Broiler Rugi
“Peternak, rata-rata tidak begitu mempedulikan manajemen pemanas. Juga tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya ayam 3-5 tahun yang lalu berbeda dari ayam yang sekarang,” ujar angkatan 15 di FKH IPB ini. Bila pada pertumbuhan ayam umur seminggu mencapai pertumbuhan optimal, maka selanjutnya tinggal mengisi yang lain-lain.
Dalam perhitungan keuangan kas dan investasi, menurut Drh Arief, belum banyak yang membedakan perhitungan-perhitungan penyusutan, perhitungan harga pakan dan konversi pakan, serta harga ayam pedagingnya. Sampai saat ini hal-hal semacam ini masih menjadi pola pikir peternakan.
Ayam pedaging, usaha peternakannya dihitung per periode. Perhitungannya ada kalah menangnya. Bila misalnya 2 kali periode kalah, maka 4 kali periodenya menang. Bila 4 kali periodenya menang, 2 kali periodenya menang. Namun, sesungguhnya, meskipun cuma 2 kali periode menang, hasil usahanya lebih bear daripada nilai kekalahan yang 4 periodenya.
Dalam setahun tidak ada ceritanya peternakan broiler rugi. Perhitungan usaha ayam pedaging itu berbeda dengan usaha ayam petelur. Dengan investasi yang sama dengan usaha ayam pedaging, keuntungan bisnis ayam petelur adalah 10% dari untungnya broiler. Setiap tahun kita selalu mendengar keluhan peternak yang merasa rugi. Namun kalau untung sejatinya peternak tidak pernah omong. “Biasa, masalah klasik sejak jaman dulu,” kata Drh Arief.
Untuk memasyarakatkan kepedulian kepada peternakan dan peternakan ini, Drh Arief Hidayat mengaku dengan adanya Rubrik di Infovet “Solusi Peternak Handal” yang diasuh PT Mensana Aneka Satwa, namanya menjadi banyak dikenal dan peternak lebih banyak membaca. “Infovet banyak membantu, dan peternak lebih senang terhadap materinya,” kata Drh Arief.
Filosofi Peternak Ayam
Bagi Drh Arief Hidayat, yang sangat perlu dihayati adalah filosofi peternak ayam. Bahwa sesungguhnya, pekerjaan peternakan adalah pekerjaan sehari 24 jam dan seminggu 7 hari. Dengan filosofi ini, bila kita betul suka ayam, maka kita akan berpikir seperti ayam; sehingga kita empati dengan kondisi ayam dan selalu membuat ayam nyaman di dalam kandang. Bila sudah nyaman dalam kandang maka hal-hal lain yang tidak dibutuhkan tidak akan lagi mengganggu.
Drh Arief mempunyai pengalaman bersama seorang pimpinannya yang berpikir sangat sistematis bertanya secara perhitungan matematika mestinya ayam itu menghasilkan produksi terbaik. “Namun, mengapa kenyataannya kok lain?” tanya pimpinannya itu.
Dokter hewan alumnus FKH IPB ini pun menjelaskan bahwa ayam merupakan makhluk hidup, ada faktor X yang tidak kita ketahui. Yang kedua adalah mengelola ayam merupakan suatu sening, bukan ilmu matematika. “Ada yang tidak bisa kita kendalikan,” Arief Hidayat mengingatkan.
Drh Arief mengatakan soal kontribusi strain (bangsa) ayam. Dengan 7 strain yang dibeli oleh peternak broiler saat ini, menurutnya hal ini sudah tepat tepat. Masalahnya, katanya, bibit adalah tetap bibit; sedangkan strain tetaplah strain. Yang penting adalah bagaimana mengelolanya, sejak dari Grand Parent Stock yang menentukan genetik strainnya. Selanjutnya dari sini akan muncul bibit ternak yang baik-baik.
Kontribusi pada performan atau penampilan ayamnya, biaya bibit berperan 12% dari keseluruhan performan ayam; biaya tata laksana adalah 12 persen; biaya kesehatan (obat-obatan) sebesar 6%; dan biaya pakan paling banyak yaitu sejumlah 70 persen. (YR)
sumber:
http://infovet.blogspot.com
Menurut Drh Arief, peternak yang bertahan, jumlah populasi ternaknya sudah di atas 50.000 ekor. Hal-hal yang menjadi kebutuhan utama peternakan berupa bibit, kandang dan tanah. Untuk memenuhi kebutuhan ini, guna peternakan ayam petelur cukup mahal, apalagi peternakan pembibitan. Yang paling rendah permodalannya adalah peternakan broiler.
“Itupun, orang berpikir lebih suka membeli bekas peternakan yang tidak terpakai lagi, sebagai tangan kedua. Malah, kalau bisa jangan membeli, namun lebih baik menyewa. Yang dari awal investasi, jarang, karena banyak terhambat resesi global. Yang penting bagi mereka, harga produk terjangkau,” papar Arief Hidayat.
Dokter hewan yang banyak berpengalaman di bidang perbibitan selama 13 tahun dan di PT Primatama Karya Persada selama 7 tahun ini mengatakan cara mempertahankan eksistensi peternakan ini adalah menjaga aset-aset peternakan supaya jangan sampai hilang. Yang paling banyak pasang surut adalah usaha peternakan ayam pedaging (broiler). Para pelaku bisnis peternakan broiler rata-rata dengan menyewa kandang, bukan sebagai pemilik kandang.
Pelayanan ke Peternakan
Dalam melayani peternak, yang dilakukan Tim PT Mensana Aneka Satwa, menurut Drh Arief antara lain kunjungan rutin dan pelatihan-pelatihan, diberlangsungkannya bulan promosi, dan lebih menekankan pada unsur pendidikan dan lebih percaya kepada diri sendiri. Sebagai contoh, kata Drh Arief, tanpa menyebut nama produk obat, peternak tetap dididik dan mengerti obat yang dimaksud.
Menurut Technical Service PT Medion pada 1982-1983 ini, ia merasakan pendidikan untuk disiplin bekerja di perusahaan ini dan kini ia terapkan di perusahaan yang sekarang.
Di era kemitraan ini, pemimpin di PT Mensana Aneka Satwa yang jumlah cabangnya di Indonesia mencapai jumlah 25 cabang mengatakan memang banyak perusahaan obat hewan yang mengalami cukup hambatan untuk masuk ke peternakan yang bukan satu grup kemitraan. Namun baginya, hal ini tidak menjadi hambatan.
Sebagai contoh, sebagai mantan karyawan PT Japfa Comfeed, Drh Arief Hidayat terhitung familiar dengan para peternak yang mnenjadi anggota kemitraan perusahaan nasional ini. Malah peternak pun berkata, “Coba dari dulu ke sini,” mengungkapkan penerimaan terhadap kehadirannya sekarang dalam hal teknis kesehatan hewan PT Mensana Aneka Satwa.
Sementara ihwal campur tangan dinas peternakan, sejauh ini Drh Arief merasakannya: tidak ada. Adapun banyak peternak yang merahasiakan akses peternakannya. Dokter hewan yang masuk FKH IPB pada 1978 ini mengatakan kelemahan-kelemahan peternakan ayam pedaging adalah masalah manajemen atau pengelolaan.
Tidak Ada Ceritanya Peternak Broiler Rugi
“Peternak, rata-rata tidak begitu mempedulikan manajemen pemanas. Juga tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya ayam 3-5 tahun yang lalu berbeda dari ayam yang sekarang,” ujar angkatan 15 di FKH IPB ini. Bila pada pertumbuhan ayam umur seminggu mencapai pertumbuhan optimal, maka selanjutnya tinggal mengisi yang lain-lain.
Dalam perhitungan keuangan kas dan investasi, menurut Drh Arief, belum banyak yang membedakan perhitungan-perhitungan penyusutan, perhitungan harga pakan dan konversi pakan, serta harga ayam pedagingnya. Sampai saat ini hal-hal semacam ini masih menjadi pola pikir peternakan.
Ayam pedaging, usaha peternakannya dihitung per periode. Perhitungannya ada kalah menangnya. Bila misalnya 2 kali periode kalah, maka 4 kali periodenya menang. Bila 4 kali periodenya menang, 2 kali periodenya menang. Namun, sesungguhnya, meskipun cuma 2 kali periode menang, hasil usahanya lebih bear daripada nilai kekalahan yang 4 periodenya.
Dalam setahun tidak ada ceritanya peternakan broiler rugi. Perhitungan usaha ayam pedaging itu berbeda dengan usaha ayam petelur. Dengan investasi yang sama dengan usaha ayam pedaging, keuntungan bisnis ayam petelur adalah 10% dari untungnya broiler. Setiap tahun kita selalu mendengar keluhan peternak yang merasa rugi. Namun kalau untung sejatinya peternak tidak pernah omong. “Biasa, masalah klasik sejak jaman dulu,” kata Drh Arief.
Untuk memasyarakatkan kepedulian kepada peternakan dan peternakan ini, Drh Arief Hidayat mengaku dengan adanya Rubrik di Infovet “Solusi Peternak Handal” yang diasuh PT Mensana Aneka Satwa, namanya menjadi banyak dikenal dan peternak lebih banyak membaca. “Infovet banyak membantu, dan peternak lebih senang terhadap materinya,” kata Drh Arief.
Filosofi Peternak Ayam
Bagi Drh Arief Hidayat, yang sangat perlu dihayati adalah filosofi peternak ayam. Bahwa sesungguhnya, pekerjaan peternakan adalah pekerjaan sehari 24 jam dan seminggu 7 hari. Dengan filosofi ini, bila kita betul suka ayam, maka kita akan berpikir seperti ayam; sehingga kita empati dengan kondisi ayam dan selalu membuat ayam nyaman di dalam kandang. Bila sudah nyaman dalam kandang maka hal-hal lain yang tidak dibutuhkan tidak akan lagi mengganggu.
Drh Arief mempunyai pengalaman bersama seorang pimpinannya yang berpikir sangat sistematis bertanya secara perhitungan matematika mestinya ayam itu menghasilkan produksi terbaik. “Namun, mengapa kenyataannya kok lain?” tanya pimpinannya itu.
Dokter hewan alumnus FKH IPB ini pun menjelaskan bahwa ayam merupakan makhluk hidup, ada faktor X yang tidak kita ketahui. Yang kedua adalah mengelola ayam merupakan suatu sening, bukan ilmu matematika. “Ada yang tidak bisa kita kendalikan,” Arief Hidayat mengingatkan.
Drh Arief mengatakan soal kontribusi strain (bangsa) ayam. Dengan 7 strain yang dibeli oleh peternak broiler saat ini, menurutnya hal ini sudah tepat tepat. Masalahnya, katanya, bibit adalah tetap bibit; sedangkan strain tetaplah strain. Yang penting adalah bagaimana mengelolanya, sejak dari Grand Parent Stock yang menentukan genetik strainnya. Selanjutnya dari sini akan muncul bibit ternak yang baik-baik.
Kontribusi pada performan atau penampilan ayamnya, biaya bibit berperan 12% dari keseluruhan performan ayam; biaya tata laksana adalah 12 persen; biaya kesehatan (obat-obatan) sebesar 6%; dan biaya pakan paling banyak yaitu sejumlah 70 persen. (YR)
sumber:
http://infovet.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar