Panas karena sengatan sinar matahari, sering membuat diri kita gerah dan mendorong kita untuk berteduh sekaligus mengonsumsi lebih banyak air minum. Saat cuaca yang panas konsentarsi kita sering terganggu. Bagaimana jika ayam yang ada di kandang mengalami stres karena panas?
Masyaly dkk (2004) dari Mesir dalam sebuah penelitiannya mengatakan bahwa ternyata stres, karena panas yang dialami oleh ayam tidak hanya menurunkan penampilan dari ayam tapi juga menurunkan daya tahan tubuh ayam yang dapat diamati dari banyaknya ayam yang mati akibat stres karena panas ini.
Penelitian ini menggunakan 180 ayam petelur yang sedang berada pada puncak produksi, dengan umur ayam 31 minggu. Di mana ayam diletakkan pada lima belas kandang dengan masing-masing kandang berisi empat ekor ayam, dengan masing-masing kandang akan menerima satu dari tiga perlakuan.
Tiga perlakuan itu adalah kontrol (temperatur rata-rata serta kelembaban relatif), siklus (siklus temperatur harian dan kelembaban), dan Stres Panas (kelembaban dan panas yang konstan) selama lima minggu. Parameter yang diamati adalah perbedaan produksi dan daya tahan tubuh ayam.
Kelompok kontrol diperlakukan dengan pengaturan suhu sebesar 23,9°C, kelembaban 50 persen dengan indek panas sebesar 25°C, yang mewakili indeks panas rata-rata pada musim yang berbeda-beda.
Kelompok siklus diperlakukan dengan memberi temperatur dan kelembaban yang berubah setiap hari, yaitu dengan suhu antara 23,9°C sampai 35°C, dan kelembaban antara 50% sampai 15%, yang mewakili siklus secara alami pada saat musim panas.
Dan kelompok ketiga adalah stres panas dipaparkan dengan suhu 35°C, dengan kelembaban 50 persen, dengan indeks panas 41,1°C yang mewakili kondisi stres panas.
Produksi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua produksi dipengarui oleh stres panas, dengan rata-rata berat badan lima minggu masa penelitian sebesar 1,528g, 1,414g dan 1,233 g masing-masing dari grup konntrol, siklus dan stres panas.
Menurut Masyaly penurunan berat badan dan penampilan yang lain dari ayam yang ada pada kelompok stres panas pada penelitian ini disebabkan oleh berkurangnya konsumsi pakan oleh ayam.
Pada penelitian ini penurunan feed intake sebanding dengan tingginya dan panjangnya paparan stres panas, ayam yang ada pada kelompok stres panas mengalami penurunan jumlah konsumsi pakan secara signifikan bila dibandingkan dengan kelompok siklus, dan lebih signifikan pula bila dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Penurunan konsumsi pakan ini adalah sebagai respon dari stres panas. Dan lebih jauh lagi dari sekedar penurunan berat badan dan konsumsi pakan adalah adanya peningkatan jumlah kematian.
Kematian dari kelompok stres panas sebesar 31,7 persen,yang lebih tinggi dari kelompok siklus maupun kontrol yaitu masing-masing 6,7 dan 5 persen. Menurut Masyaly peningkatan angka kematian ini mengarah pada hambatan respon ketahanan tubuh.
Sementara itu produksi telur perhari juga mengalami penurunan jika dibandingkan dengan siklus maupun kontrol. Penurunan produksi ini disebabkan karena adanya penuruanan konsumsi pakan, serta adanya pengurangan nutrisi yang dipergunakan untuk memproduksi telur.
Selain itu stres panas juga menurunkan daya cerna ayam terhadap komponen pakan, lebih jauh lagi pemaparan pada suhu yang tinggi akan mengurangi konsentrasi protein plasma dan kalsium plasma padahal keduanya sangat dibutuhkan untuk membentuk telur.
Dalam penelitian ini juga terungkap bahwa pemaparan ayam terhadap suhu yang tinggi ternyata memberi hasil penuruanan kualitas telur, yaitu berat telur, berat cangkang dan ketebalan cangkang.
Berat telur yang ada pada kamar stres panas lebih rendah bila dibandingkan dengan siklis, dan siklis lebih rendah bila dibandingkan dengan kontrol, hasil ini mengarah pada rendahnya konsumsi pakan.
Dan ketebalan cangkang lebih tipis bila dibandingkan dengan siklus dan kontrol, rendahnya ketebalan cangkang ini disebabkan oleh rendahnya kalsium plasma. Akhirnya ayam yang terletak pada kandang dengan stres panas pada umumnya mempunyai Huge Unite (HU) lebih besar bila dibandingkan dengan siklus maupun kontrol.
Ketahanan Tubuh
Hasil penelitian ini tidak menunjukkan proliferasi sel B dan sel T secara signifikan yang dipengaruhi stres panas, hal ini disebabkan karena adanya hambatan sintesisi limfosit T dan B, dan adanya tekanan pada aktivitas phagositosis dari darah putih.
Lebih jauh lagi totol sel darah putih dari kelompok stres panas, setelah terpapar selam empat minggu, lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol dan sangat signifikan lebih rendah bila dibandingkan dengan siklus. Hasil ini menunjukkan bahwa stres panas dapat mengurangi jumlah serta aktivitas dari sel darah putih.
Akhirnya humoral imunity dari ayam yang ada pada kelompok stres panas ternyata tertekan, bila dibandingkan dengan kelompok siklus maupun kontrol. Penelitian ini menemukan bahwa ayam yang berada pada kelompok stres panas satu sampai empat minggu setelah pemaparan panas, mempunyai titer antibodi yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok siklus maupun kontrol.
Penurunan ini disebabkan oleh adanya pembengkakan cytokin pada saat terjadi stres, yang mempengarui stimulasi hipotalamus untuk memproduksi corticotropin releasing factor (CRF).
CRF ini adalah berfungsi untuk meningkatkan hormon adrenocorticotropic, di mana hormon ini akan merangsang produksi corticosteron dari adrenal gland. Corticosteron lalu akan menghambat produksi antibodi.
Dan lebih jauh diketahui bahwa stres panas ternyata akan menurunkan kerja T-helper 2 cytokin, yang penting untuk produksi antibodi.
(Drh Ma’shum, alumnus FKH Unair Surabaya)
sumber:
http://infovet.blogspot.com
Masyaly dkk (2004) dari Mesir dalam sebuah penelitiannya mengatakan bahwa ternyata stres, karena panas yang dialami oleh ayam tidak hanya menurunkan penampilan dari ayam tapi juga menurunkan daya tahan tubuh ayam yang dapat diamati dari banyaknya ayam yang mati akibat stres karena panas ini.
Penelitian ini menggunakan 180 ayam petelur yang sedang berada pada puncak produksi, dengan umur ayam 31 minggu. Di mana ayam diletakkan pada lima belas kandang dengan masing-masing kandang berisi empat ekor ayam, dengan masing-masing kandang akan menerima satu dari tiga perlakuan.
Tiga perlakuan itu adalah kontrol (temperatur rata-rata serta kelembaban relatif), siklus (siklus temperatur harian dan kelembaban), dan Stres Panas (kelembaban dan panas yang konstan) selama lima minggu. Parameter yang diamati adalah perbedaan produksi dan daya tahan tubuh ayam.
Kelompok kontrol diperlakukan dengan pengaturan suhu sebesar 23,9°C, kelembaban 50 persen dengan indek panas sebesar 25°C, yang mewakili indeks panas rata-rata pada musim yang berbeda-beda.
Kelompok siklus diperlakukan dengan memberi temperatur dan kelembaban yang berubah setiap hari, yaitu dengan suhu antara 23,9°C sampai 35°C, dan kelembaban antara 50% sampai 15%, yang mewakili siklus secara alami pada saat musim panas.
Dan kelompok ketiga adalah stres panas dipaparkan dengan suhu 35°C, dengan kelembaban 50 persen, dengan indeks panas 41,1°C yang mewakili kondisi stres panas.
Produksi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua produksi dipengarui oleh stres panas, dengan rata-rata berat badan lima minggu masa penelitian sebesar 1,528g, 1,414g dan 1,233 g masing-masing dari grup konntrol, siklus dan stres panas.
Menurut Masyaly penurunan berat badan dan penampilan yang lain dari ayam yang ada pada kelompok stres panas pada penelitian ini disebabkan oleh berkurangnya konsumsi pakan oleh ayam.
Pada penelitian ini penurunan feed intake sebanding dengan tingginya dan panjangnya paparan stres panas, ayam yang ada pada kelompok stres panas mengalami penurunan jumlah konsumsi pakan secara signifikan bila dibandingkan dengan kelompok siklus, dan lebih signifikan pula bila dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Penurunan konsumsi pakan ini adalah sebagai respon dari stres panas. Dan lebih jauh lagi dari sekedar penurunan berat badan dan konsumsi pakan adalah adanya peningkatan jumlah kematian.
Kematian dari kelompok stres panas sebesar 31,7 persen,yang lebih tinggi dari kelompok siklus maupun kontrol yaitu masing-masing 6,7 dan 5 persen. Menurut Masyaly peningkatan angka kematian ini mengarah pada hambatan respon ketahanan tubuh.
Sementara itu produksi telur perhari juga mengalami penurunan jika dibandingkan dengan siklus maupun kontrol. Penurunan produksi ini disebabkan karena adanya penuruanan konsumsi pakan, serta adanya pengurangan nutrisi yang dipergunakan untuk memproduksi telur.
Selain itu stres panas juga menurunkan daya cerna ayam terhadap komponen pakan, lebih jauh lagi pemaparan pada suhu yang tinggi akan mengurangi konsentrasi protein plasma dan kalsium plasma padahal keduanya sangat dibutuhkan untuk membentuk telur.
Dalam penelitian ini juga terungkap bahwa pemaparan ayam terhadap suhu yang tinggi ternyata memberi hasil penuruanan kualitas telur, yaitu berat telur, berat cangkang dan ketebalan cangkang.
Berat telur yang ada pada kamar stres panas lebih rendah bila dibandingkan dengan siklis, dan siklis lebih rendah bila dibandingkan dengan kontrol, hasil ini mengarah pada rendahnya konsumsi pakan.
Dan ketebalan cangkang lebih tipis bila dibandingkan dengan siklus dan kontrol, rendahnya ketebalan cangkang ini disebabkan oleh rendahnya kalsium plasma. Akhirnya ayam yang terletak pada kandang dengan stres panas pada umumnya mempunyai Huge Unite (HU) lebih besar bila dibandingkan dengan siklus maupun kontrol.
Ketahanan Tubuh
Hasil penelitian ini tidak menunjukkan proliferasi sel B dan sel T secara signifikan yang dipengaruhi stres panas, hal ini disebabkan karena adanya hambatan sintesisi limfosit T dan B, dan adanya tekanan pada aktivitas phagositosis dari darah putih.
Lebih jauh lagi totol sel darah putih dari kelompok stres panas, setelah terpapar selam empat minggu, lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol dan sangat signifikan lebih rendah bila dibandingkan dengan siklus. Hasil ini menunjukkan bahwa stres panas dapat mengurangi jumlah serta aktivitas dari sel darah putih.
Akhirnya humoral imunity dari ayam yang ada pada kelompok stres panas ternyata tertekan, bila dibandingkan dengan kelompok siklus maupun kontrol. Penelitian ini menemukan bahwa ayam yang berada pada kelompok stres panas satu sampai empat minggu setelah pemaparan panas, mempunyai titer antibodi yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok siklus maupun kontrol.
Penurunan ini disebabkan oleh adanya pembengkakan cytokin pada saat terjadi stres, yang mempengarui stimulasi hipotalamus untuk memproduksi corticotropin releasing factor (CRF).
CRF ini adalah berfungsi untuk meningkatkan hormon adrenocorticotropic, di mana hormon ini akan merangsang produksi corticosteron dari adrenal gland. Corticosteron lalu akan menghambat produksi antibodi.
Dan lebih jauh diketahui bahwa stres panas ternyata akan menurunkan kerja T-helper 2 cytokin, yang penting untuk produksi antibodi.
(Drh Ma’shum, alumnus FKH Unair Surabaya)
sumber:
http://infovet.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar