Sekitar 30 tahun lalu, saat itu saya baru masuk di sekolah dasar. Ada saudara saya yang saat itu sudah memulai beternak ayam petelur dibelakang rumah saya. Pada saat itu di blitar ternak ayam petelur masih hal baru. Pemasaran telurnya hanya di pasaran lokal saja. Suplai pakan dan obat-obatan juga masih jarang.
Tiap hari telurnya diambil oleh pedagang yang juga menyuplai kebutuhan pakanya. Harga telur juga tidak pernah stabil. Jumlah pedagang telur juga masih sedikit sehingga saat itu juga agak sulit mencari pembanding harga, untuk pedagang yang mengambil telur ke ternak. Mungkin dari pembaca sekalian ada juga didaerahnya yang saat ini juga masih seperti ini.
Saudara saya saat itu masih sedikit sekali informasi tentang dunia peternakan. Tidak memahami juga tentang fluktuasi harga telur. Dia merasa jadi peternak hanya jadi bahan permainan oleh pedagang, Harga telurnya selalu dijadikan permainan saja. Juga tidak mencoba mencari pedagang dengan harga pembelian yang bagus. Akhirnya belum sampai masa afkirnya, ayamnya sudah dijual semua. Maka hanya sampai disini saja cerita tentang usaha ayam petelurnya.
Pada tahun 90-an kakak sepupu saya memulai lagi beternak ayam petelur, pada awalnya hanya membeli doc 1 box saja atau 100 ekor, tanpa ada pembimbing berusaha belajar dari bertanya dan membaca. Dengan keuletan dan ketekunanya akhirnya pada awal krisis tahun 98-an populasinya sudah mencapai 5000 ekor, dan pada saat krisis tersebut populasinya masih bisa dipertahankan karena masih mempunyai stok pakan yang cukup untuk bertahan.
Akibat dari krisis moneter tersebut banyak sekali peternak yang bangkrut sehingga populasi layer di blitar tinggal sedikit sekali, nah karena populasi yang tinggal sedikit tersebut otomatis harga telur melonjak tajam sekali, sehingga ekspansi populasinya pesat sekali, karena keuntungannya besar sekali. Sampai saat ini Populasi Mutiara Farm milik mas Imam Kambali sudah mencapai sekitar 60.000 ekor di poluan srengat blitar.
Dari mas imam inilah, semua dari saudara kami mendapatkan pengarahan bahwa beternak ayam petelur itu sangat menguntungkan. Analisanya sederhana sekali, " coba lihat saja ternak yang besar dan banyak itu miliknya siapa?". Maaf rata-rata memang orang chinese yang punya farm-farm besar di blitar. Jadi kesimpulanya menurut mas imam ini, tidak mungkin dunia peternakan layer ini di kembangkan oleh mereka kalau tidak memberikan keuntungan yang menjanjikan. Seandainya kita kurang bisa berkembang berarti kita saja yang kurang benar memanage nya, jadi jangan pernah berhenti untuk belajar dan jangan pernah berhenti untuk berpikir.
Semoga true story ini bisa menjadikan inspirasi bagi peternak pemula dimanapun anda berada untuk tetap semangat dalam mengembangkan usahanya. Karena tidak ada sesuatu yang mudah, tetapi tidak ada sesuatu yang tak mungkin.
Tiap hari telurnya diambil oleh pedagang yang juga menyuplai kebutuhan pakanya. Harga telur juga tidak pernah stabil. Jumlah pedagang telur juga masih sedikit sehingga saat itu juga agak sulit mencari pembanding harga, untuk pedagang yang mengambil telur ke ternak. Mungkin dari pembaca sekalian ada juga didaerahnya yang saat ini juga masih seperti ini.
Saudara saya saat itu masih sedikit sekali informasi tentang dunia peternakan. Tidak memahami juga tentang fluktuasi harga telur. Dia merasa jadi peternak hanya jadi bahan permainan oleh pedagang, Harga telurnya selalu dijadikan permainan saja. Juga tidak mencoba mencari pedagang dengan harga pembelian yang bagus. Akhirnya belum sampai masa afkirnya, ayamnya sudah dijual semua. Maka hanya sampai disini saja cerita tentang usaha ayam petelurnya.
Pada tahun 90-an kakak sepupu saya memulai lagi beternak ayam petelur, pada awalnya hanya membeli doc 1 box saja atau 100 ekor, tanpa ada pembimbing berusaha belajar dari bertanya dan membaca. Dengan keuletan dan ketekunanya akhirnya pada awal krisis tahun 98-an populasinya sudah mencapai 5000 ekor, dan pada saat krisis tersebut populasinya masih bisa dipertahankan karena masih mempunyai stok pakan yang cukup untuk bertahan.
Akibat dari krisis moneter tersebut banyak sekali peternak yang bangkrut sehingga populasi layer di blitar tinggal sedikit sekali, nah karena populasi yang tinggal sedikit tersebut otomatis harga telur melonjak tajam sekali, sehingga ekspansi populasinya pesat sekali, karena keuntungannya besar sekali. Sampai saat ini Populasi Mutiara Farm milik mas Imam Kambali sudah mencapai sekitar 60.000 ekor di poluan srengat blitar.
Dari mas imam inilah, semua dari saudara kami mendapatkan pengarahan bahwa beternak ayam petelur itu sangat menguntungkan. Analisanya sederhana sekali, " coba lihat saja ternak yang besar dan banyak itu miliknya siapa?". Maaf rata-rata memang orang chinese yang punya farm-farm besar di blitar. Jadi kesimpulanya menurut mas imam ini, tidak mungkin dunia peternakan layer ini di kembangkan oleh mereka kalau tidak memberikan keuntungan yang menjanjikan. Seandainya kita kurang bisa berkembang berarti kita saja yang kurang benar memanage nya, jadi jangan pernah berhenti untuk belajar dan jangan pernah berhenti untuk berpikir.
Semoga true story ini bisa menjadikan inspirasi bagi peternak pemula dimanapun anda berada untuk tetap semangat dalam mengembangkan usahanya. Karena tidak ada sesuatu yang mudah, tetapi tidak ada sesuatu yang tak mungkin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar