Jumat, 30 Januari 2009

Pedagang Telur Butuh Kecerdasan Lebih

Perdagangan telur mempuyai karakteristik tersendiri. Dari daya tahan, resiko dan fluktuasi yang tak menentu.

Untuk sekedar jadi pengecer mungkin tak terlalu menyita pikiran kita, tetapi untuk partai besar dalam hal ini agen yang sudah memiliki omset lebih dari 500 kg/hari tentu perlu sekali sedikit berkonsentrasi untuk komoditi yang satu ini.

Kenapa kita perlu juga memperhatikan komoditi kita yang satu ini? Selain mempunyai resiko kerugian yang cukup besar, dari sini pula tersimpan potensi keuntungan yang menjanjikan. Daya tahan yang tidak terlalu lama tak akan menjadi masalah jika kita dapat memahami kualitas dari suatu telur. Dalam melihat kualitas telur inisebenarnya tidak ada pedoman bakunya, tapi kita memang harus belajar dari waktu, pengalaman lah yang sebenarnya bisa membuat kita paham betul akan kualitas telur.

Harga yang fluktuatif, inilah yang menyimpan potensi keuntungan besar. Seperti saat ini harga terhitung rendah, daya tarik pasar sepi, beranikah kita stok barang dengan roling putaran harian kita? Kalau kita memunyai omset minimum harian minimum 1 ton, seharusnya saat ini kita berani me nytok barang minimal 3 ton, stok kita tetap cuma kita roling saja tiap hari, masuk 1 ton keluar juga 1 ton. Disinalah pengalaman kita dalam memperhatikan kualitas telur sangat diperlukan. Jangan sampai kita memasukan stok telur yang banyak bentesnya, karena telur bentes atau retak daya tahannya tidak terlalu lama.

Melihat fluktuasi harga tahunan juga sangat kita perlukan. Kita harus memiliki data fluktuasi harga dalam satu tahun minimal. Karena dari data itu cukup membantu kita dalam membuat sebuah prediksi harga. Oleh karena itu saya menganggap orang baru bisa dikatakan pedagang telur jika minimum sudah pernah mempunyai pengalaman minimal satu tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar