Egg Drop Syndrome adalah suatu penyakit pada ayam yang ditandai hanya dengan adanya penurunan kualitas dan kuantitas produksi telur, tetapi ayam akan nampak tetap sehat. Penyakit ini ditemukan pada tahun 1976 makanya diberi nama Egg Drop Syndrome'76 (EDS'76). Sekarang penyakit ini telah menyebar ke seluruh dunia termasuk indonesia.
Penyebab penyakit
EDS'76 disebabkan virus golongan Adenovirus yang bersifat meng aglutinasi (menggumpalkan) sel-sel darah merah unggas.
Gejala penyakit
Penyakit sering terjadi pada ayam petelur usia 25-26 minggu. Ayam tampak sehat, tidak memperlihatkan gejala sakit kecuali penurunan produksi yang sangat drastis disertai penurunan kualitas telur. Biasanya semakin besar penurunan kuantitas telur yang diproduksi makin rendah pula kualitasnya. Tetapi adakalanya penurunan kualitas telur mendahului penurunan produksi telur. kerabang telur berubah warna menjadi lebih pucat, lembek atau kasar dan telur berubah bentuk atau kecil.
Produksi telur akan menurun 20-40% selama 6-10 minggu. Telur-telur yang menyimpang dari bentuk normal mengalami penurunan daya tunas(fertilitas) dan daya tetas. Pada bedah bangkai ayam yang terinfeksi EDS'76 ditemukan kelainan seperti limpa sedikit mmembesar dengan bagian bintik putihnya membesar, uterus (oviduk) menjadi kendur dan terdapat oedema pada jaringan subserosanya. Lipatan-lipatan mukosa uterus membengkat dan oedema, terselaputi eksudat berwarna buram, kadang-kadang ditemukan materi perkapuran berwarna kekuningan diantara lipatan mukosa uterus. Pengecilan ringan pada kuning telur.
Penularan Penyakit
Penyakit menular secara horizontal maupun vertikal. Infeksi EDS menyebabkan daya tetas telur menjadi turun sehingga jumlah DOC dari induk tertular EDS hanya sedikit. Tetapi masih ada kemungkinan induk terserang EDS tetap tampak sehat dan menghasilkan telur tercemar ringan virus EDS sehingga bisa menetas menjadi DOC.
Hal ini perlu diwaspadai karena selama DOC tumbuh, virus EDS tetap ada didalamm tubuhnya dan seolah-olah tertidur. Pada saat ayam mulai bertelur, virus EDS yang tertidur dan jumlahnya sedikit menjadi terbangun. Berkembang biak dan menyebar ke ayam lain dalam satu kandang. pada saat ayam akan mencapai puncak, produksi virus EDS yang berkembang mampu memunculkan gejala klinis jika sebelumnya tidak ada upaya pencegahan.
Selain tertular sejak DOC seperti tersebut diatas, penularan dapat terjadi secara horizontal. Virus EDS'76 yang berhasil menular dalam tubuh ayam berkembangbiak dan menyebar ke ayam lain selama masa grower dan ayam tetap sehat. Tetapi kelak pada saat mulai bertelur sampai mencapai puncak produksi gejala klinis EDS siap muncul jika tidak ada usaha pencegahan. Sumber penularan bisa terbawa bersama telur tetas, peralatan penetasan dan "egg tray". Pengendalian penyakit
Pencegahan:
Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini, usaha yang dapat dilakukan adalah menjaga kondisi badan tetap baik dan meningkatkan nafsu makan dengan vitamin. Infeksi sekunder dicegah dengan memberikan antibiotik.
EDS'76 disebabkan virus golongan Adenovirus yang bersifat meng aglutinasi (menggumpalkan) sel-sel darah merah unggas.
Gejala penyakit
Penyakit sering terjadi pada ayam petelur usia 25-26 minggu. Ayam tampak sehat, tidak memperlihatkan gejala sakit kecuali penurunan produksi yang sangat drastis disertai penurunan kualitas telur. Biasanya semakin besar penurunan kuantitas telur yang diproduksi makin rendah pula kualitasnya. Tetapi adakalanya penurunan kualitas telur mendahului penurunan produksi telur. kerabang telur berubah warna menjadi lebih pucat, lembek atau kasar dan telur berubah bentuk atau kecil.
Produksi telur akan menurun 20-40% selama 6-10 minggu. Telur-telur yang menyimpang dari bentuk normal mengalami penurunan daya tunas(fertilitas) dan daya tetas. Pada bedah bangkai ayam yang terinfeksi EDS'76 ditemukan kelainan seperti limpa sedikit mmembesar dengan bagian bintik putihnya membesar, uterus (oviduk) menjadi kendur dan terdapat oedema pada jaringan subserosanya. Lipatan-lipatan mukosa uterus membengkat dan oedema, terselaputi eksudat berwarna buram, kadang-kadang ditemukan materi perkapuran berwarna kekuningan diantara lipatan mukosa uterus. Pengecilan ringan pada kuning telur.
Penularan Penyakit
Penyakit menular secara horizontal maupun vertikal. Infeksi EDS menyebabkan daya tetas telur menjadi turun sehingga jumlah DOC dari induk tertular EDS hanya sedikit. Tetapi masih ada kemungkinan induk terserang EDS tetap tampak sehat dan menghasilkan telur tercemar ringan virus EDS sehingga bisa menetas menjadi DOC.
Hal ini perlu diwaspadai karena selama DOC tumbuh, virus EDS tetap ada didalamm tubuhnya dan seolah-olah tertidur. Pada saat ayam mulai bertelur, virus EDS yang tertidur dan jumlahnya sedikit menjadi terbangun. Berkembang biak dan menyebar ke ayam lain dalam satu kandang. pada saat ayam akan mencapai puncak, produksi virus EDS yang berkembang mampu memunculkan gejala klinis jika sebelumnya tidak ada upaya pencegahan.
Selain tertular sejak DOC seperti tersebut diatas, penularan dapat terjadi secara horizontal. Virus EDS'76 yang berhasil menular dalam tubuh ayam berkembangbiak dan menyebar ke ayam lain selama masa grower dan ayam tetap sehat. Tetapi kelak pada saat mulai bertelur sampai mencapai puncak produksi gejala klinis EDS siap muncul jika tidak ada usaha pencegahan. Sumber penularan bisa terbawa bersama telur tetas, peralatan penetasan dan "egg tray". Pengendalian penyakit
Pencegahan:
- Vaksinasi EDS'76 pada umur 16-18 minggu.
- Melakukan sanitasi kandang (kandang dibersihkan, dicuci ), membatasi tamu, mencegah hewan liar dan hewan peliharaan lain masuk ke lingkungan kandang. Sanitasi sarana angkutan dan sapronak yang akan masuk kandang.
- Usaha peternakan dikelola denggan baik sehingga tercipta suasana nyaman bagi ayam, jumlah ayam dalam kandang tidak terlalu padat, litter jangan berdebu dan terlalu lembab. Ventilasi kandang cukup dan sedapat mungkin dilaksanakan sistem all in all out.
Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini, usaha yang dapat dilakukan adalah menjaga kondisi badan tetap baik dan meningkatkan nafsu makan dengan vitamin. Infeksi sekunder dicegah dengan memberikan antibiotik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar